Senin, 14 November 2011

will u be grateful for your life?

Tiba-tiba saja dia merasa silau walaupun matanya dalam keadaan tertutup. Iapun berusaha menghalangi arah sinar tersebut dengan tangannya dan pelan-pelan membuka matanya. Cahaya mentari sudah masuk melalui sela-sela tirai jendelanya. Sejenak ia menatap ke jam dinding, sudah pukul 6 pagi. Malas sekali rasanya untuk bangun sepagi itu, namun ia tahu bahwa ia harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya. Ia memaksakan badannya untuk bangun, kemudian berjalan menyusuri lorong rumahnya menuju ruang makan. Dia dapat melihat di kamar sebelah bahwa putrinya masih tertidur pulas.

6.30
Dia sudah berpakaian lengkap dan berangkat menuju tempat kerjanya menggunakan sepeda. Ia mengayun sepedanya menyusuri jalan dan melihat hal yang selalu ia lihat setiap pagi. Orang-orang di balkon rumah yang masih bersantai dan berolahraga kecil, orang-orang yang sedang berdandan atau sarapan di dalam mobil, dan juga mobil-mobil besar yang berisi seorang supir dan seorang anak kecil berseragam sekolah

7.00
Dia sudah tiba di tempat kerjanya. Temannya ketika melihat dia datang sangat senang kemudian bersiap-siap pergi meninggalkan tempat itu. Dia masuk ke ruang kerjanya dan meletakan perlengkapannya. Ruang kerjanya sangat sederhana. Hanya sebuah ruangan kayu seluas 1x1 meter, yang terdapat sebuah loker kecil, meja, dan kursi kayu yang sudah usang. Ia pun mulai memegang tiket plastik untuk keluar masuk mobil. Ya, dia adalah seorang satpam penjaga pintu gerbang salah satu cluster di sebuah perumahan. Tugasnya sederhana, menyerahkan tiket untuk mobil yang akan masuk, dan mengambil tiket dari mobil yang keluar.

7.30
Pagi-pagi seperti ini memang banyak mobil yang keluar. Mereka semua akan memulai aktivitas di tempat kerja. Dia dengan sabar memberi senyum pada setiap orang yang keluar. Ada orang yang ramah dan memberi senyum, ada orang-orang yang cuek saja hanya untuk sekedar memberikan tiket lalu pergi. Lalu tidak lama datanglah sebuah mobil silver yang sudah sangat ia kenal. Bapak itu tidak pernah setuju akan sistem tiket ini, dan bapak itu akan selalu memberikan wajah ketus dan sinis serta menekan gasnya melewati dia.

7.50
Sebuah mobil merah keluar dari cluster tersebut, ia sangat hafal dengan mobil yang satu ini. Bukan karena anak muda yang menyetir. Karena anak muda tersebut selalu terlihat biasa saja ketika melewati dia. Yang membuat dia ingat adalah ibu dari anak muda itu yang selalu memberikan senyum ramah kepadanya.

9.00
Keadaan sudah sepi. Beberapa kali ada tukang ojek yang mangkal sehingga bisa menemani dia mengobrol. Namun tidak lama kemudian tukang ojek tersebut akan pergi kembali melayani pelanggan. Tidak lama kemudian datanglah si ibu yang ramah itu. Menyerahkan tiketnya sambil tersenyum.

11.00
Sudah sekitar satu jam ia duduk sendiri di ruang kerjanya. Keadaan begitu sepi, tidak ada tukang ojek yang bisa ia ajak bicara sejak tadi. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli makan siangnya pada tukang ketoprak yang lewat. Dia menikmati makan siangnya di ruang kerjanya. Sengaja ia memelankan makannya untuk membunuh lebih banyak waktu.

13.00
Ia duduk di kursi seberang ruang kerjanya. Sebuah kursi kayu yang biasa diduduki para tukang ojek yang mangkal. Beberapa mobil keluar dan masuk.

15.00
Hujan turun deras, iapun duduk sendirian kedinginan di dalam ruang kerjanya. tidak lama kemudian datang mobil. iapun segera mendekati mobil untuk memberikan tiket. Mobil tersebut membuka sedikit kacanya, mengambil tiket, kemudian melaju kembali. Dia pun kembali ke ruang kerjanya yang nyaman. Tubuhnya sudah basah kuyub. Sepertinya hujan akan turun untuk waktu yang lebih lama.

18.00
Gerimis masih membasahi tubuhnya, beberapa mobil mulai banyak keluar dan masuk.

19.00
Jam ini merupakan jam dia selalu merasa hari begitu lama. Dia masih harus berada disana satu jam kedepan.

20.00
Dia berangkat pulang menggunakan sepedanya. Berkumpul bersama keluarga kecilnya, bercanda sejenak dengan anaknya, serta makan malam.

21.00
Ia sudah berusaha untuk tidur. Usia membuatnya tidak sanggup lagi tidur terlalu malam. ia butuh tenaga untuk besok. Ia sudah terbayang, esok, semua akan terjadi sama seperti hari ini. seperti yang sudah terjadi setiap hari di hidupnya beberapa tahun terakhir.

duduk.. menunggu.. sendirian.. beberapa tukang ojek.. mobil keluar dan masuk.. hujan.. panas..

Kamis, 03 November 2011

Alasan sebuah kejadian


Aku sedang mengendarai mobil kesayanganku di sebuah jalan tol menuju puncak. Matahari begitu terik, sebagian sinarnya memasuki kabin mobilku melalui kaca depan beradu dengan hembusan angin dingin dari blower pendingin ruangan mobilku. Hari itu aku sedang tergesa-gesa menuju sebuah acara di cisarua. Acara tesebut seharusnya akan dimulai dalam 15 menit lagi, namun berbagai hal di rumah tadi membuat aku terlambat.  pelan kudengar ada suara bising yang tidak biasa dari mobilku, namun akhirnya kuputuskan untuk tidak menghiraukannya. Kakiku semakin menekan pedal gas untuk semakin memacu kendaraanku.

Namun sepertinya hari itu nasib sedang tidak bersamaku. Sial sekali, setelah mencapai ciawi, kulihat antrian mobil di depanku begitu panjang. Hatikupun mulai memanas, ingin rasanya kutendang semua mobil didepan itu. Pikiranku terus bertanya-tanya kenapa harus ada macet seperti ini disaat aku membutuhkan kecepatan. Namun akhirnya sembari pasrah menahan amarah, aku menjalankan mobilku pelan-pelan. Sampai akhirnya dua jam kemudian aku sampai ke tempat tujuanku di cisarua. Rapat sudah selesai ketika aku tiba disana, teman-temanku sedang berdiri diluar gedung hotel dan mereka mulai menyadari kedatanganku. Akupun mendekati mereka untuk mulai sekedar berbasa basi. Namun semakin aku mendekati mereka, kusadari beberapa dari mereka mulai memperhatikan sesuatu yang aneh pada mobilku. Akupun turun dan mobil... dan betapa terkejutnya aku ketika melihat ban mobil belakangku sudah hampir keluar dari rumah ban nya. Rupanya inilah penyebab bunyi bising tadi. Sepertinya ada yang putus pada pegangan ban tersebut, dan ia menjadi semakin parah karena kupacu di tol. Seandainya saja perjalanan dari ciawi sampai tempat ini kembali kupacu, mungkin dia akan benar-benar patah dan aku akan celaka.

akhirnya aku sadar, pertanyaanku kenapa harus ada macet tersebut sudah terjawab, seandainya tadi tidak macet, mungkin aku tidak akan pernah sampai disini..

Kadang, ketika kita mencari alasan terjadinya sebuah kejadian, kita lupa berpikir bahwa, ada saatnya

satu-satunya alasan kenapa sebuah kejadian (baik atau buruk) terjadi adalah, karena dia akan menjadi alasan untuk sesuatu yang akan terjadi di masa depan..